# Renungan buat yang suka tawar menawar sadis . . .
Untuk sebagian besar Perempuan (ma'af), menawar barang dengan harga murah biasanya selalu dibanggakan. Tapi, tahukah jika menawar harga kepada Pedagang dengan harga yang tak masuk akal malah jadi perbuatan yang semena-mena atau bahkan menunjukkan sifat Kikir.
Ada sebuah Kisah tentang seorang Istri dengan membanggakan kelihaiannya untuk menawar barang.
Tapi kali ini, Suaminya marah besar ketika sang Istri bisa menawar harga yang sangat murah. Kenapa?
Beginilah Ceritanya :
Suatu sore setelah lelah keliling Pasar, diperjalanan menuju Parkiran Mobil seorang Pedagang tanaman bunga yang berusia sepuh menawarkan dagangannya.
Pedagang :
“Neng, beli Neng dagangan Bapak, bibit bunga mawar 5 pot cuma Rp. 25.000 per pot”
Tadinya Saya cuek, tapi tiba-tiba teringat Pekarangan mungil dirumah yang kosong, wah murah nih pikir Saya, cuma 25.000/pot, tapi ah pasti bisa ditawar.
Saya :
“Ah mahal banget Pak Rp. 25.000, udah Rp.10.000/pot,”
dengan gaya cuek Saya menawar sadis.
Pedagang :
“Jangan Neng, ini bibit bagus. Bapak jual udah murah, Rp.15.000 aja gimana Neng Bapak udah sore mau pulang.”
Saya ragu sejenak, memang murah sih. Ditoko, bibit Bunga Wawar paling tidak Rp. 45.000 harga 1 potnya. Tapi bukan Saya dong kalau tidak berjuang.
Saya :
“Halah udah Pak, Rp.10.000 aja 1 Pot, kalau gak dikasih ya gak apa-apa,”
Saya berlagak hendak pergi.
Pedagang :
“Eh Neng…,” dia ragu sejenak dan menghela nafas.
“Ya sudah Neng gak apa-apa 10.000, tapi Neng ambil semuanya ya, Bapak mau pulang udah sore.”
Saya : (Saya bersorak dalam hati. Yeee…menang)
“Oke Pak, jadi Rp.50.000 ya untuk 5 pot. Bawain sekalian ya Pak ke Mobil saya, tuh yang diujung Parkiran.”
Saya pun melenggang pergi menyusul Suami yang sudah duluan. Si Bapak Pedagang mengikuti dibelakang. Sesampainya diparkiran, si Bapak membantu menaruh pot-pot tadi kedalam Mobil, Saya membayar Rp. 50.000 lalu si Bapak tadi segera pergi. Lalu terjadilah percakapan berikut dengan Suami,
Saya :
“Baguskan Yang, aku dapet 5 pot bibit Bunga Mawar harga murah.”
Suami :
“Oohh. . berapa kamu bayar ?”
Saya :
“Rp. 50.000.”
Suami :
“Hah…!!! Itu semua 5 pot ?” dia kaget.
Saya :
“Iya dong… hebatkan aku nawarnya? Tadi Dia nawarinnya Rp. 25.000, 1 pot.”
Saya tersenyum lebar dan bangga.
Suami :
“Gila kamu, sadis amat. Pokoknya aku gak mau tahu. Kamu susul itu si Bapak sekarang, kamu bayar dia Rp.125.000 tambah upah bawain ke mobil 25.000 lagi. Nih, kamu kejar kamu kasi dia Rp.150.000.!”
Suami membentak keras dan marah, Saya kaget dan bingung.
Saya :
“Tapi… kenapa..?”
Suami :
Makin kencang ngomongnya, “Cepetan susul sana, tunggu apa lagi.”
Tidak ingin dibentak lagi, saya langsung turun dari Nobil dan berlari mengejar si Bapak tua. Saya lihat dia hendak naik Angkot dipinggir jalan.
Saya :
“Pak. . . tunggu Pak”
Pedagang :
“Eh, Neng kenapa ?”
Saya :
“Pak, ini uang Rp.150.000 Pak dari Suami saya katanya buat Bapak, Bapak terima ya, Saya gak mau dibentak Suami, Saya takut.”
Pedagang :
“Lho, Neng kan tadi udah bayar Rp.50.000, bener kok uangnya."
si Bapak keheranan.
Saya :
“Udah Bapak terima aja. Ini dari Suami saya. Katanya harga bunga Bapak pantesnya dihargain segini,” sambil saya serahkan uang Rp.150.000 ketangannya.
Pedagang : Tiba-tiba menangis dan berkata :
“Ya trimakasih Tuhan,Neng. . . makasih banyak Neng… ini jawaban do'a Bapak sedari pagi, seharian dagangan Bapak gak ada yang beli, yang nolehpun gak ada. Anak Istri Bapak lagi sakit dirumah gak ada uang buat berobat.
Pas Neng nawar Bapak pikir gak apa-apa harga segitu asal ada uang buat beli beras aja buat makan. Ini Bapak mau buru-buru pulang kasian mereka nunggu. Makasih ya Neng. . . Suami Neng orang baik. Neng juga baik jadi Istri nurut sama Suami, trimakasih neng salam bapak kesuami neng, Tuhan yg akan membalas kebaikan neng sekeluarga.
Bapak pamit Neng mau pulang…,”
dan si Bapakpun berlalu.
Saya : (speechless dan kembali ke Mobil).
Sepanjang perjalanan Saya diam dan menangis, benar kata Suami, tidak pantas menghargai jerih payah orang dengan harga semurah mungkin hanya karena kita Pelit. Berapa banyak usaha si Bapak sampai bibit itu siap dijual, tidak terpikirkan oleh Saya.
Sejak itu, saya berubah dan tak pernah lagi menawar sadis kepada pedagang kecil manapun. Percaya saja bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan.
Ribuan orang menangis membaca cerita ini, pengingat untuk kita yang kadang tidak adil dalam memperlakukan orang lain semena-mena. Semoga tidak terjadi pada Anda. . . Jika itu terjadi, dapat menjadi bahan pertimbangan.
Semoga Kisah ini dapat menjadi Inspirasi buat kita semua
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon