Peran Ayah membangun Ego Anak
👳🏻 : Marsahid AS
Ayah punya banyak peran dalam keluarga. Salah sati peran penting Ayah adalah membangun Ego Anak. Salah satu hal yang penting untuk mendidik anak adalah membangun ego. Dan itu jadi salah satu alasan penting kenapa ayah harus hadir dalam pendidikan anak.
TENTANG EGO
Masyarakat Indonesia selama ini mendengar kata Ego sudah jengah. Dipersepsikan negatif, jelek, dan tidak baik. Ego diidentikkan dengan egoisme. Padahal sangat berbeda. Membangun ego jauh berbeda dengan membangun egoisme. Lalu apa yang dimaksud dengan ego?
Ego berasal dari bahasa Yunani, bahasa Jermannya “Ich”, bahasa Inggrisnya “I”, bahasa arabnya “Ana”, bahasa Indonesianya “Aku”. Suka atau tidak suka, aku (gue – ich – ana - i) itu pada dasarnya memang ada. Karena setiap manusia itu adalah sosok pribadi, sosok individu. Anak kembar pun namanya berbeda, kepribadiannya juga berbeda. Hanya manusia makhluk yang tiap-tiap orang namanya berbeda. Binatang tidak memiliki nama. Malaikat, munkar atau nakir itu ada banyak, malik atau ridwan itu ada banyak. Tapi yang memiliki nama per individu hanya manusia. Fitrah manusia itu memang punya individualitas. Dalam bahasa sehari-hari pun dibedakan; aku, kamu, kita, kami.
Jika bicara tentang ego, yang dimaksud ego adalah kepribadian. Berasal dari kata pribadi. Disebut kepribadian karena sifatnya pribadi, orang per orang. Karena itu disebut kepribadian. Maka kepribadian si A beda dengan si B. Jangan alergi dengan kata ego, sebagaimana dengan kata kepribadian.
Saat ini berkembang pendidikan karakter, padahal sesungguhnya itu adalah pendidikan kepribadian. Karakter itu khas, unik, beda satu dengan yang lain. Dalam bahasa arab karakter adalah Qosois. Karakteristik dakwah = Qosoisud Dakwah. Qos, khas, berbeda dengan yang lain. Itulah karakter. Tidak bisa disamakan pendidikan karakter di tiap daerah, di tiap sekolah, atau di tiap kampus. Pemerintah juga sedang ingin menyamakan tentang pendidikan karakter. Padahal pendidikan karakter harus khas, di Bekasi berbeda dengan di Depok, Bogor atau Tangerang. Di Jingga Lifeschool tentu pendidikan karakternya berbed, khas Bekasi.
Kepribadian. Orang yang tidak punya ego berarti tidak punya kepribadian. Sama seperti orang lain. Maka jangan pernah alergi dengan kata ego. Karena ego bicara tentang Aku. Anak yang punya ego adalah anak yang punya kepribadian. Kalau tidak mendidik dan melatih ego anak,berarti anak itu tidak memiliki kepribadian. Tidak menjadi pribadi. Maka dia menjadi “we”, menjadi “kita”.
Jangan sampai anak kehilangan jati diri, tidak lagi berani tampil sebagai “aku”. Anak harus berani “tandang ke gelanggang walau seorang”, tidak takut walau tampil sendiri dan itu butuh ego. Berani tampil sendirian walau semua orang penegak kebatilan, jika punya ego anak akan berani “tandang ke gelanggang walau seorang” sebagai penegak al-haq.
Ego adalah identitas diri. Anak yang tidak punya ego tidak bisa membedakan dirinya dengan orang lain. Orang Indonesia sangat hobi dengan keseragaman. Ego harus muncul agar anak bisa membedakan diri. Agar anak tidak larut dan terbawa. Ketika temannya pakai baju biru, sementara anak ingin baju merah, karena tidak punya ego, anak merasa tidak enak, takut dibilang tidak kompak, sehingga ia ikut pakai baju biru. Padahal biru bukan dia banget. Lalu merembet ke hal lain. Temannya merokok, karena tidak punya ego, takut dimusuhi dll serba taku akhirnya ikut larut. Hampir 100% pengguna narkoba awalnya merokok. Rokok pintu menuju narkoba. Walau tidak selalu perokok adalah pengguna narkoba. Tapi setiap pengguna narkoba selalu diawali dengan merokok. Ikut-ikutan karena khawatir dimusuhi, khawatir dijauhi. Jika ego kuat, maka anak akan mengatakan,”saya sih nggak ingin cari musuh, tapi kalo gara2 begini dimusuhi sih ga masalah.”
Ego masyarakat Indonesia lemah, menyebabkan perubahan2 sulit terjadi. Karena saat ada hadangan, tantangan sedikit saja membuat kita mundur. Kita atau anak2 kita mau beda sedikit saja kemudian ada yang menghadang langsung mundur. Ego orang Indonesia mudah larut, mudah terpengaruh. Sehingga hypnotherapy laku keras. Karena orang Indonesia mudah dihipnotis. Terapi ini efektif tapi sekaligus merusak orang Indonesia. Berbagai hypno (parenting, marketing,dll.) sangat laku. Ustadz Adriano Rusfi sangat menguasai teori2 tentang psikoanalisis sehingga sadar akan efektivitas hipno2.
The most sugestable people in the world adalah orang Indonesia. Sehingga siapapun bisa mempengaruhi orang Indonesia. Jika ada orang duduk di depan saat di bis, kemudian dia iseng saja berdiri dan melihat ke kiri, maka yakinlah bahwa orang-orang yang duduk di belakangnya semua ikut berdiri dan melihat ke kiri.
Lionel Messi saat bermain bola di umur 5 tahun, bolanya asyik digocek saja sendiri. Pelatihnya berteriak menyuruhnya berbagi bola kepada temannya. Tapi Messi tidak mau. Itu sesuai fitrahnya. Tapi saat usianya melewati 7 tahun, Messi rajin berbagi bola kepada temannya. Maka wajar Messi sangat jago menggocek bola, tapi ia juga sosok yang rajin berbagi bola dengan rekan setimnya saat ini. Banyak gol yang diciptakan Suarez adalah umpan dari Messi. Tapi saat Messi mengeluarkan kemampuan individunya, ia sulit dihentikan. Kemampuan berbagi penting, kemampuan individual itu juga penting. Pada saat anak tidak ingin berbagi, maka biarkan saja. Sesuatu yang pada umurnya. Jangan dari kecil anak dipaksa untuk berbagi. Biarkan dia mempertahankan hak milik. “Ini milikku, kamu tidak boleh walaupun kamu adik kandungku. Itu bagus”. Belajar untuk berjuang mempertahankan hak milik sejak kecil agar saat besar dalam mempertahankan prinsip ia bisa memegangnya dengan kuat.
Tapi jika dari kecil sudah dididik dan dipaksa untuk berbagi, sehingga ia tidak memiliki hak atas propertinya, hak untuk mempertahankan hak miliknya, sehingga ia gampang melepaskan haknya, properti pribadinya. Itu sangat berbahaya, anak yang mudah melepaskan hak. Dalam kitab hak asasi dalam Islam karya DR. Abdul Karim Zaidah, dikatakan bahwa Islam lebih mengutamakan hak daripada kewajiban. Kenapa? Karena yang pertama Haq itu adalah nama Allah. Yang kedua haq itu artinya kebenaran. Yang ketiga hak itu artinya esensi, hakikat. Dan yang keempat hak itu artinya kewajiban. Maka haqqul muslim alul muslim artinya kewajiban muslim atas muslim lainnya. Ada hak fakir miskin pada hartamu, ada hak orang lain pada hartamu, maksudnya kamu punya kewajiban lho pada fakir miskin, pada orang lain. Kenapa Allah lebih suka membaca bahasa hak? Karena manusia lebih suka bicara hak daripada kewajiban. Egoisme manusia membuat manusia lebih asyik jika diajak bicara hak.
Biarkan anak untuk belajar mempertahankan haknya. Jika anak,”ini mainanku, aku nggak mau berbagi sama kamu.” Itu benar jika terjadi di usia sebelum 7 tahun. Jika ia sudah berusia di atas 7 tahun, maka itu salah. Karena di atas umur 7 tahun sudah bicara tentang kewajiban, kebersamaan, sosiabilitas, berbagi. Sebelum ia berumur 7 tahun biarkan ia bicara tentang hak-haknya. Belajar mempertahankan haknya, tidak mudah menyerah, tidak mudah melepaskan properti pribadinya. Agar ia kelak tidak mudah saja properti pribadinya, melepaskan keperawanan, kegadisan, dll. Didik anak dari awal untuk punya ego. Sehingga saat dicolek sedikit, ia bisa melawan,”enak aja lho colek2, tabokin juga nih.”
Salah satu cara mendidik ego anak adalah jangan terbiasa mengintervensi anak pada saat anak sedang mempertahankan haknya, propertinya. Biarkan ia berjuang sejak kecil untuk itu. Hal-hal semacam ini terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh.
Wallahu'alam bisshowab.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon