ADA SURGA DI PASAR

Ustadz Ahmad Djalaluddin:
๐Ÿ›ADA SURGA DI PASAR๐Ÿ›

Oleh: Ustadz Dr. Ahmad Djalaluddin, Lc. MA.

๐Ÿ€๐Ÿ€๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐Ÿ€๐Ÿ€
๐Ÿ“ฐ Pasar berevolusi. Pasar, antara dulu dan sekarang berbeda. Dulu pasar bersifat fisik. Pedagang dan pembeli bertemu wajhan bi wajhin (bertatap muka). Terjadi tawar-menawar secara lisan dengan diselingi senyuman.

Sekarang, pasar tidak hanya dimaknai secara fisik. Tetapi, pasar adalah pertemuan antara ijab dan qabul. Jual beli tak lagi secara lisan, tapi dengan tulisan kertas atau media elektronik. Tawar-menawar masih ada. Tapi, tidak lagi dengan lisan.

Senyuman pun tak lagi di bibir, tapi dilakukan oleh ‘jempol’ ๐Ÿ‘๐Ÿปyang menekan tombol simbul senyuman. Meskipun pasar banyak mengalami perubahan, tapi ada yang tidak berubah. Laba.๐Ÿ’ฐ

Pedagang dulu dan sekarang memiliki tujuan yang sama: mendapat laba. Semua pedagang berharap ada selisih antara harga beli (kulakan) dengan harga jual. Laba adalah total revenue (TR) - total cost (TC).

Setiap pedagang menginginkan laba. Tidak ada yang ingin rugi. Walaupun mereka tidak bisa memastikan keuntungan, sebab bisnis dalam perspektif Islam mengikuti kaidah - al kharaj bi al dhaman- (hasil yang diperoleh sesuai dengan risiko (biaya) yang ditanggung).

Pedagang selalu ingin mendapat laba besar. Keinginan itu tidak salah, karena secara syar`i tidak ada batasan kuantitatif besaran laba. Meskipun, secara kualitatif dijumpai batasan-batasan moral: kemudahan dalam transaksi, tidak mendholimi, tidak berbuat curang, dan sebagainya.

๐Ÿ“–Bahkan dijumpai riwayat berikut yang bercerita tentang keabsahan laba hingga seratus persen. Syabib bin Gharqadah bercerita: Aku mendengar orang-orang bercerita tentang Urwah –radliyallahu `anhu:

ุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุจِูŠَّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَุนْุทَุงู‡ُ ุฏِูŠู†َุงุฑًุง ูŠَุดْุชَุฑِูŠ ู„َู‡ُ ุจِู‡ِ ุดَุงุฉً، ูَุงุดْุชَุฑَู‰ ู„َู‡ُ ุจِู‡ِ ุดَุงุชَูŠْู†ِ، ูَุจَุงุนَ ุฅِุญْุฏَุงู‡ُู…َุง ุจِุฏِูŠู†َุงุฑٍ، ูˆَุฌَุงุกَู‡ُ ุจِุฏِูŠู†َุงุฑٍ ูˆَุดَุงุฉٍ، ูَุฏَุนَุง ู„َู‡ُ ุจِุงู„ْุจَุฑَูƒَุฉِ ูِูŠ ุจَูŠْุนِู‡ِ.

“Sesungguhnya Rasulullah – shallallahu `alaihi wa sallama- memberi Urwah uang satu dinar untuk membeli kambing. Dengan uang itu Urwah bisa membeli dua ekor kambing. Kemudian  satu ekor kambing, oleh Urwah, dijual seharga satu dinar. Urwah pun menemui Nabi dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar. Rasulullah mendoakan keberkahan transaksi jual beli bagi Urwah.” (Shahih Bukhari)

Menetapkan laba besar dibolehkan dalam Islam. Hanya saja, bagi pedagang muslim, tujuan bisnis tidak sekadar laba material. Aktifitas pasar itu ibadah, disamping tijarah (bisnis). Sebagai ibadah, bisnis di pasar tidak hanya tijarah ma`a al naas, tapi juga tijarah ma`a Allah.

Karena itu tujuan bisnis tidak hanya laba material tapi juga laba spiritual. Bila untuk mendapatkan laba material membutuhkan cost, maka untuk mendapatkan laba spiritual juga memerlukan cost.
Itulah titik pertemuan antara ketiadaan batasan kuantitatif dengan batasan kualitatif dalam penetapan laba.

✅Sehingga laba bagi pedagang muslim adalah Total Revenue (TR) dikurangi Total Cost (TC) dikurangi Sipiritual Cost atau Berkah cost (BC). Berdagang untuk laba dan pahala. Di pasar mencari laba dan surga.

Imam Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan hadits yang bercerita tentang bisnis untuk laba dan surga.

" ุฅِู†َّ ุฑَุฌُู„ًุง ูƒَุงู†َ ูِูŠู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู‚َุจْู„َูƒُู…ْ، ุฃَุชَุงู‡ُ ุงู„ู…َู„َูƒُ ู„ِูŠَู‚ْุจِุถَ ุฑُูˆุญَู‡ُ، ูَู‚ِูŠู„َ ู„َู‡ُ: ู‡َู„ْ ุนَู…ِู„ْุชَ ู…ِู†ْ ุฎَูŠْุฑٍ؟

ู‚َุงู„َ: ู…َุง ุฃَุนْู„َู…ُ، ู‚ِูŠู„َ ู„َู‡ُ: ุงู†ْุธُุฑْ، ู‚َุงู„َ: ู…َุง ุฃَุนْู„َู…ُ ุดَูŠْุฆًุง ุบَูŠْุฑَ ุฃَู†ِّูŠ ูƒُู†ْุชُ ุฃُุจَุงูŠِุนُ ุงู„ู†َّุงุณَ ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุฃُุฌَุงุฒِูŠู‡ِู…ْ، ูَุฃُู†ْุธِุฑُ ุงู„ู…ُูˆุณِุฑَ، ูˆَุฃَุชَุฌَุงูˆَุฒُ ุนَู†ِ ุงู„ู…ُุนْุณِุฑِ، ูَุฃَุฏْุฎَู„َู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„ุฌَู†َّุฉَ "

“Sesungguhnya ada seseorang di zaman dulu. Ia didatangi oleh Malaikat yang akan mencabut nyawanya.

๐Ÿ’ญOrang itu ditanya: “Apakah engkau melakukan kebaikan?”
๐Ÿ’ญOrang itu menjawab: “Saya tidak tahu.”
๐Ÿ’ญDikatakan lagi: “Coba perhatikan lagi!”
๐Ÿ’ญOrang itu menjawab:* “Saya tidak tahu apapun. Hanya, saya tevv๐ŸŒŸ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
Previous
Next Post »