Hakekat Wukuf Di Padang Arofah

*HAKIKAT WUQUF DI PADANG ARAFAH*

*PADANG ARAFAH...*

*Arafah* adalah _'padang pengetahuan’_ dimana *Nabi Adam* melakukan pertaubatan untuk memperoleh kembali kualitasnya sebagai _‘makhluk surga’._

Di padang ini pula *Nabi Ibrahim* mendapatkan  _pencerahan dan keterbukaan jiwa,_ memantapkan niat berkorban, mencapai kualitas berserah diri yang sempurna. Dan kemudian diabadikan Allah sebagai ritual haji bagi umat Islam di seluruh dunia..!

Di padang Arafah ini juga *Nabi Muhammad saw* menengadahkan kedua tangannya tinggi-tinggi, menangis di tengah terik gurun yang panas membara, memohon ampunan kepada Allah atas segala salah dan dosa,
memanjatkan doa dan memasrahkan seluruh jiwa raga pada pada penghambaan total kepada Sang Penguasa jagat raya, Allah ‘Azza wa Jalla...

*Arafah* berasal dari kata _‘arafa_ yakni _‘mengetahui’_ atau _’mengenal’._

Kata ini digunakan untuk menjelaskan ‘pengetahuan’ dan ‘pengenalan’ terhadap kebenaran yang mendorong munculnya keimanan pada diri seseorang. (QS. Al-Maaidah, 5:83).

Di ayat lain, kata _‘arafa_ digunakan untuk menjelaskan pengetahuan terhadap tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di muka bumi dan di jagat semesta ini.

Orang yang mencapai tingkatan ini disebut _‘arif._ Kata benda dari _‘arafah_  ini adalah _ma’rifah (ma’rifat)_ yang bermakna pengetahuan yang mendalam tentang ilmu Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an maupun yang terhampar di alam semesta. (QS. An-Naml, 27:93).

Lebih jauh, kata _‘arafa_ mengalami berbgai bentukan kata yang berkonotasi positif pada proses spiritualitas seoang hamba Allah.
Diantaranya adalah _‘urfaa, ma'ruufa,  dan ma'ruufah._

Kata _‘urfaa_  dan _ma’ruuf_ memberikan konotasi tentang kebaikan dalam sikap, perilaku, kata-kata dan perbuatan yang membawa manfaat bagi orang lain. (QS. Al-Mursalat, 77:1; Al-Baqarah, 2:263;  An-Nisa’, 4:114; Luqman, 31:15).

Sedangkan kata _ma’ruufah_ menjelaskan bahwa menjalankan agama ini haruslah disertai ketaatan yang sempurna. Bukan sekedar ikut-ikutan atau terpaksa.
Ketaatan seperti ini didapatkan dari kepahaman  tentang kebesaran Allah  _(ma’rifatullah)_ yang melahirkan ketaqwaan sejati. Buahnya adalah kemenangan hakiki. (QS. An-Nuur, 24:52-53).

*PENCERAHAN JIWA DI PADANG PENGETAHUAN*

Tanggal 9 Dzulhijjah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci.
Di padang tandus inilah jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5-6 jam –Zhuhur sampai Maghrib – itu kita kenal sebagai ritual _Wuquf._

Ia berasal dari kata _waqafa_ yang bermakna ‘berhenti’.

_Wuquf_  mengajari umat Islam agar sejenak menghentikan aktifitasnya, berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri.

Dengan perenungan ini, akan terjadi proses terbukanya hijab kegelapan atas semua dosa dan maksiat yang pernah kita lakukan.
Dan terbuka pula hijab-hijab yang lebih halus dalam jiwa kita. Hingga kita mampu menggapai derajat _ma’rifah (ma’rifatullah)_ di padang Arafah.

Rasulullah saw bersabda,  _*“Tidak ada haji tanpa wuquf.”*_

Artinya, tidak ada haji tanpa perenungan di Arafah.
Tidak akan pernah ada pencapaian puncak keislaman sorang muslim, tanpa ma’rifatullah di Padang Pengetahuan.
Karena sesungguhnya, ini baru permulaan bagi perjalanan spiritual berikutnya seperti: lempar jumrah di Mina, thawaf di seputar Ka’bah dan diakhiri dengan Sa’i antara Shafa dan Marwah.

_Arafah_ adalah tonggak berubahnya sebuah keraguan dari ketidakpastian menjadi sebuah keyakinan yang kokoh berdasar pengetahuan yang mendalam, hingga siap berkorban demi untuk Allah, dalam bentuk  kebajikan buat sesama.

Dilanjutkan dengan melempari sifat-sifat setaniyah di dalam diri setiap kita, yang disimbolkan dengan lempar jumrah.
Sebuah sikap ‘permusuhan’ yang sangat jelas terhadap setan yang bersemayam di dalam jiwa manusia.

Kemudian dilanjutkan dengan _thawaf_ mengelilingi Ka’bah sebagai ungkapan  untuk  _memusatkan seluruh aktifitas kehidupan kita hanya kepada Allah_.
Bukan berputar-putar disekitar harta, kekuasaan, dan segala kecintaan dunia belaka.

Seluruh gerakan thawaf kita adalah sebuah kebersamaan  _hablum-minannaas_ (hubungan antar manusia) untuk dipusatkan kepada Allah, sebagai manifestasi  _hablum-minallaah_ (hubungan dengan Allah).

_Thawaf_ adalah inti gerakan seluruh alam semesta yang semua bertasbih kepada Allah.

Sedang _Sa’i_ adalah manifestasi dari perjuangan tiada henti untuk mencapai kesuksesan sejati dalam hidup.
Sebuah kesuksesan duniawi yang dijadikan pijakan dan modal mencapai kebahagiaan ukhrawi.

Jadi, Padang Arafah adalah tempat suci yang mengantarkan setiap jamaah haji untuk memulai dan memperbaharui KOMITMEN nya dalam mengarungi kehidupan spiritualnya.

Sebuah komitmen yang terbentuk dari lembah pengetahuan yang dalam; serta sumber-sumber ilmu yang jernih; dan sungai-sungai spiritual yang mengalir deras ke samudera ma’rifat; berharap untuk bisa bertemu dan dipeluk dalam rengkuhan kasih sayang Allah Sang Penguasa segala Pengetahuan, Dzat yang Maha Berilmu, Maha Bijaksana dan Maha Cinta...

*******
Selamat berwuquf di Arafah, saudara-riku tercinta, semoga mendapat anugerah Haji Mabrur.

Dan selamat berpuasa Arafah, saudara-riku di tanah air, semoga Allah segera mengundang kita semua untuk menjadi tamu-Nya di Baitullah yang suci....
😔❤💕
Previous
Next Post »