Berkata Kasar karena kesal

Selingan juga :

"Diamlah, hai anak wanita hitam!" Kata Abu Dzar kesal.
Bilal terkesiap. Anak wanita hitam?
Itu adalah celaan yg biasa diucapkan orang arab jahiliyah terhadap budak-budak asal afrika.

Betul, memang dia dulu seorang budak. Berkulit hitam seperti orang2 negro afrika pada umumnya. Di kalangan teman2nya, mgkn hanya dia yg berkulit hitam sekaligus bekas budak.
Tapi... Bukankah islam sudah menghapus kasta-kasta sosial?
Ia yg kini merdeka, memeluk islam, membantu nabi, bukankah setara derajatnya dengan Abu Dzar yang berkilit putih?

"Wahai Abu Dzar, mengapa engkau mengatakan itu pada Bilal?"
Betapa marahnya nabi saat mendengar kata2 kasar Abu dzar pada Bilal.
"Maaf ya nabi. Sy kesal krn ia membantah pendapatku"
Dan nabi pun mengucapkan kata2 yg mengguncang hati Abu Dzar,
"Wahai Abu Dzar, ketahuilah. Bilal adalah pemilik terompah di surga"

Abu Dzar sangat menyesal. Ia pun mendatangi Bilal. Sebagai bentuk permintaan maaf, ia taruh kepalanya di tanah, dan berkata pada Bilal,
"Wahai Bilal, injaklah kepalaku ini, sebagai balasan atas kata2 burukku padamu"

"Tidak usah wahai Abu Dzar. Bangunlah. Engkau tak perlu melakukan ini"
Dan demikianlah dua saudara seakidah ini pun bersatu kembali di bawah naungan ukhuwah.

-------------

Pasca wafatnya nabi,
Bilal tidak mau lagi mengumandangkan adzan. Tak peduli seberapa kuat para sahabat membujuk, Bilal tetap bersikukuh tidak mau jd muadzin lagi.

Sampai suatu ketika Bilal bertemu dengan cucu nabi, Hasan dan Husain. Memandangnya, seolah Bilal melihat kembali nabi. Dan ketika mereka meminta, Bilal pun tak kuasa menolak.
"Adzanlah, wahai paman. Kami mohon. Kami rindu dengar suara paman."

Bilal tak kuasa menolak.
Berjalanlah ia ke menara masjid untuk mengumandangkan adzan.

"Allahu Akbar Allaaaaaaaahu Akbar"

Penduduk madinah tersentak.
'Suara itu...suara itu...
Suara yg sdh lama tidak kami dengar..'

"Allaaaahu akbar Allaaaaaaahu Akbar"

Bagai tersihir, penduduk madinah menghentikan aktivitasnya. Membuka jendela2 rumah, mencari asal suara.
'Hei... Apakah nabi hidup kembal? Apakah rasulullah hidup kembali?'

"Asyhadu Alla ilaaha ilallaaaaah"

Bagaikan seseorang yg terkesiap saat mendengar soundtrack lagu kenangan masa lalu antara ia dengan kekasihnya,
Begitu pulalah terkesiapnya warga madinah.
Memori-memori indah saat bersama nabi tiba2 berputar kembali di otak mereka. Merangsang sebuah rasa yg kuat. Sebuah rindu yg tak tertahankan.

""Asyhadu Alla ilaaha ilallaaaaah"

Penduduk Madinah pun mulai meneteskan air mata. Rindu. Rindu yg dalam pada masa lalu. Rindu teramat sangat.

"Asyhadu anna muhammadar..."
Tercekat.
"Muhammadar..."
Dan tiba2 terdengar isakan tangis dari bibir sang muadzin.

"Muhammadar..."
Bilal berusaha keras menyelesaikan adzannya. Tapi yg ada malah suara tangis yg makin tak tertahankan.
Ia sungguh tak sanggup menyelesaikan adzan itu.

Tahulah kini para sahabat, kenapa Bilal selalu menolak jd muadzin pasca wafatnya nabi.
Ternyata.. Karena ia tak samggup menahan tangis tiap kali menyebut nama nabi saat adzan. Kenangan itu terlalu kuat. Memori indah itu terlalu dalam mencengkram.

Bagaimana tidak.
Bilal, yg hanya seorang budak hitam.
Seseorang yg tidak mempunyai nilai sama sekali di mata org jahiliyah.
Tapi berkat nabi, kedudukannya berubah. Dari budak, menjadi org terhormat. Masih kuat dlm ingatannya, bagaimana perlakuan nabi trhadapnya. Pembelaan nabi buatnya.

Bilal tak samggup menyelesaikan adzannnya. Ia disuruh turun, dan adzan itupum dilanjutkan orang lain. (Ika A)
Previous
Next Post »