Tulisan yag bagus 😊
Pambudi Sunarsihanto:
ANTARA KEJUJURAN DAN KEPINTARAN
(BETWEEN INTEGRITY AND COMPETENCY)
Beberapa minggu yang lalu kami melakukan seleksi untuk penerimaan karyawan baru. Dan kali ini saya bersama beberapa senior leaders turun tangan langsung dan ikut mewawancarai calon karyawan pada tahap terakhir dari seleksi itu.
Di tengah-tengah proses itu, seorang kolega saya, sebut saja namanya Tonny, menanyakan pertanyaan ini kepada para kandidat, "Seandainya saja tadi pagi kamu nyetir mobil dan telat datang ke wawancara ini. Dan kemudian kamu terpaksa menggunakan jalur busway dan ditangkap polisi. Apakah yang akan kamu katakan kepada polisi?"
Wah pertanyaan menarik banget ....
Coba anda baca lagi pertanyaan itu, dan coba jawab sendiri sebelum melanjutkan membaca artikel ini.
Ok, ingat jawaban anda sendiri kan?
Mau tahu nggak kebanyakan peserta menjawab apa?
Kebanyakan peserta ternyata menjawab," Saya akan bilang ke polisi, maafkan saya pak . Saya harus pergi interview terpenting dalam hidup saya."
Which is sebenarnya adalah berusaha ngeles sambil memuji-muji perusahaan kami.
Mereka pikir, senior senior leader seperti kami masih bisa ditipu dengan pujian seperti itu?
Sayangnya, jawaban itu bukan jawaban yang tepat.
Mau tahu jawaban yang tepat?
This is the one ...
"Oh, saya tidak akan pernah berada dalam situasi seperti itu. Saya tidak akan melanggar peraturan meskipun dalam situasi yang kepepet sekalipun."
Ya iyalah, anda akan bekerja di perusahaan yang mempunyai peraturan dan policy.
Anda harus menerapkan dan mematuhinya.
Integritas anda dipertaruhkan.
Bukan hanya hasil yang penting tetapi juga prosesnya.
It is not only about the "what you need to achieve", but also about "how you are going to achieve it?".
Terus apakah demi mencapai tujuan anda, anda boleh melanggar dan menabrak peraturan begitu saja?
Lain kali semua peraturan nggak akan ada gunanya, kalau kita boleh melanggarnya.
Dan ini tentunya berlaku buat peraturan perusahaan, peraturan lalulintas, aturan hukum, undang-undang, dan semua peraturan yang lain.
How can you be a leader if you don't even follow the rules.
How do you expect people to follow you?
Remember, before you become a great leader, you need to be a good follower.
Jelas kan?
Ok, saya menulis artikel ini bukan karena saya ingin memberi "bocoran" jawaban wawancara 😀.
Dan semoga anda bukan hanya menjawab seperti itu, tetapi memang benar-benar konsisten dengan tindakan anda (tidak masuk ke jalur bus way pada saat kepepet dan selalu mentaati peraturan yang ada).
Karena sebelum anda ngomong sebaiknya memang anda mengaca diri terlebih dahulu.
Action speaks (much) louder than words.
Tindakan anda berbicara jauh lebih keras daripada kata-kata anda.
Bagaimana orang lain akan respect ke anda kalau anda ngomong A padahal mereka tahu anda melakukan B.
Seorang CEO sebuah perusahaan di Indonesia dalam pidatonya di depan semua anak buahnya, mengajak semua anak buahnya untuk menegakkan integritas.
Minggu depannya dia berlibur bersama keluarganya ke Eropa, dan dibayari oleh vendornya, dan semua anak buahnya tahu.
Bagaimana setelah itu anak buahnya akan respect ke dia?
(Well, beberapa bulan setelah itu, CEO itu kehilangan pekerjaannya).
Beberapa tahun yany lalunsaya pernah harus memecat seorang senior leader karena dia menggelapkan kwitansi senilai 1 juta (padahal gajinya ratusan juta).
Bohong adalah bohong. Korupsi adalah korupsi.
Dan kalau seseorang bisa berbohong, korupsi atau "menyembunyikan" sesuatu, kita tidak tahu, apa lagi yang mereka bisa lakukan.
Semoga mereka belajar dari hal itu (meskipun sampai sekarang mereka belum mendapatkan pekerjaan lain).
Why is this important?
Karena kita harus menyeimbangkan kemampuan dan kejujuran (competency and integrity).
Memang untuk mencapai performance business yang diharapkan (dan makin lama makin sulit) anda perlu mempunyai competence level yang tinggi.
Tetapi leader yang tidak memiliki integrity yang kuat akan membahayakan kelangsungan perusahaan di masa depan.
Itulah mengapa ...
Idealnya sih kita memilih leader dengan competency yang tinggi dan integrity yang kuat.
Namun apabila kit
a tidak mendapatkan itu, sebaiknya kita memilih integrity daripada competency.
Competency itu bisa dididik, diajari dan ditraining.
Sementara kejujuran itu susah diubah lagi.
Padahal biasanya dalam proses seleksi kita sangat menekankan kompetensi, lihat saja pertanyaan pertanyaan yang kita tanyakan pada saat interview.
Semuanya menjurus kepada competency.
Dan sangat sedikit yang mengarah kepada integrity.
Please review your recruitment process to make sure you choose the right people.
Ok, sekarang dari perspektif karyawan, apa yang kita bisa lakukan untuk memperkuat integrity dan credibility kita.
Coba kita terapkan langkah langkah di bawah ini ...
1. Understand the rules, process and policy.
Anda harus mengerti dan memahaminya agar bisa mengimplementasikan dengan baik.
2. Use these 3 lenses when evaluating the situation, Right, Good, Fit.
Pada saat mengevaluasi apa yang harus kita lakun, evaluasilah denga 3 lensa ini:
- Right
Apakah yang akan kita lakukan memang benar secara policy dan proses di organisasi kita?
- Good?
Apakah yang akan kita lakukan memang positive bagi organisasi kita?
- Fit
Apakah yang akan kita lakukan cocok dan relevant dengan situasi yang saat ini kita hadapi?
3. Always deliver your promise.
Selalu jalankan dan capai business objective anda.
Tepati janji anda ke customer, boss, peer dan anak buah anda.
4. Improve your communication skills.
Pada saat anda bekerja sama anda harus memanage expectations mereka.
Mau tidak mau kita harus mempengaruhi mereka, influencing them, agar lebih realistik dalam expectations mereka.
Communication skills yang bagus akan sangat membantu di sini.
5. Avoid people with lack of integrity.
Hindari dan jangan bergaul dengan orang orang yang memang integritasnya lemah.
Kita coba terapkan yuk ...
Salam Hangat
Pambudi Sunarsihanto
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon